Bagaimana Gen Z Mengubah Cara Brand Beriklan di Media Sosial? Ini Penjelasannya
Dalam beberapa tahun terakhir, Gen Z telah menjadi kekuatan besar yang mengubah pola konten dalam lingkup digital marketing secara signifikan. Lahir antara tahun 1997 hingga 2012, generasi ini tumbuh bersama internet, smartphone, dan media sosial. Gaya hidup mereka yang serba digital mendorong brand untuk beradaptasi dan mengubah strategi iklan tradisional menjadi lebih dinamis, autentik, dan interaktif. Lalu, bagaimana sebenarnya Gen Z mengubah cara brand beriklan di media sosial?
MARKETING AND BUSINESS
Frasha Rizky Pratama
4/22/20253 min read
Bagaimana Gen Z Mengubah Cara Brand Beriklan di Media Sosial?
Dalam beberapa tahun terakhir, Gen Z telah menjadi kekuatan besar yang mengubah pola konten dalam lingkup digital marketing secara signifikan. Lahir antara tahun 1997 hingga 2012, generasi ini tumbuh bersama internet, smartphone, dan media sosial.
Gaya hidup mereka yang serba digital mendorong brand untuk beradaptasi dan mengubah strategi iklan tradisional menjadi lebih dinamis, autentik, dan interaktif. Lalu, bagaimana sebenarnya Gen Z mengubah cara brand beriklan di media sosial?
Artikel ini akan membahas bagaimana Gen Z mengubah cara brand beriklan di media sosial seperti yang sering Anda lihat selama ini dan mulai diterapkan oleh brand-brand baru hingga brand papan atas.


1. Apa Adanya, Bukan Gimmick
Berbeda dari generasi sebelumnya, Gen Z sangat peka terhadap iklan yang terlihat dipaksakan. Mereka menghindari konten yang terlalu jualan dan sangat menyukai konten storytelling. Brand kini dituntut untuk lebih autentik, menunjukkan sisi bercerita, dan berani menjadi apa adanya.
Contohnya, brand yang mengunggah behind-the-scenes, kesalahan produksi, atau kisah nyata tim kreatifnya cenderung lebih diterima. Bagi Gen Z, kejujuran adalah mata uang sosial yang berharga.
2. Format Video Pendek Lebih Efektif
Platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts telah mendominasi konsumsi konten harian Gen Z. Mereka lebih tertarik pada video berdurasi 15 hingga 60 detik yang menyampaikan konten secara cepat dan menarik.
Ini menyebabkan pergeseran besar dalam strategi brand. Iklan televisi 30 detik kini bertransformasi menjadi video vertikal, kreatif, dan relatable. Bahkan banyak brand besar berinvestasi konten dalam bentuk UGC (User-Generated Content) untuk membuat iklan terasa lebih natural.
3. Influencer Mikro Lebih Diutamakan
Jika sebelumnya brand hanya menggandeng influencer besar, kini mereka mulai merangkul micro influencer dengan followers 10.000 - 100.000. Mengapa? Karena Gen Z lebih percaya pada orang biasa yang mereka anggap sebagai teman daripada figur publik yang terlalu jauh dari kehidupan mereka.
Kredibilitas dan engagement menjadi kunci. Micro influencer dinilai lebih mampu menciptakan koneksi emosional dengan audience.
4. Percakapan Dua Arah Jadi Prioritas
Gen Z tidak hanya ingin melihat iklan, mereka ingin dilibatkan. Brand yang sukses adalah mereka yang mampu menciptakan ruang diskusi, polling, Q&A hingga duet challenge yang sering Anda lihat akhir akhir ini di platform Instagram dan TikTok.
Penting untuk membangun komunitas, bukan sekadar impresi audience saja. Strategi ini menciptakan hubungan jangka panjang dan loyalitas terhadap brand.
Contoh implementasi:
Instagram Story Polls untuk menentukan desain produk baru.
TikTok Duet Challenge dengan hadiah menarik.
Kolom komentar yang aktif dibalas oleh brand.
5. Trend dan Viral Adalah Segalanya
Trend di media sosial bisa datang dan pergi hanya dalam hitungan hari. Brand yang ingin tetap relevan harus sigap memanfaatkan momen viral atau trend yang sedang berkembang.
Itulah mengapa strategi real time marketing menjadi penting. Baik itu menggunakan meme terbaru, audio viral di TikTok atau ikut serta dalam challange terbaru, brand dituntut untuk beradaptasi dengan cepat.
Beradaptasi atau Tertinggal
Gen Z bukan hanya sekadar penikmat konten, mereka adalah agen perubahan dalam dunia digital marketing. Dengan preferensi yang unik, ekspektasi tinggi dan konektivitas 24/7, mereka mendorong brand untuk berpikir ulang tentang cara beriklan di media sosial.
Bagi brand yang ingin sukses di era digital saat ini khususnya untuk mendapatkan awareness dan engagement, memahami karakteristik Gen Z adalah langkah awal yang wajib Anda ikuti. Iklan tak lagi soal menjual, tapi soal membangun engagement.
Gen Z: Generasi Digital Native yang Mengubah Aturan Main
Gen Z lahir sebagai generasi digital native yang tumbuh di era digital, di mana teknologi digital sudah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Gen Z memiliki cara berpikir dan berinteraksi yang berbeda dengan generasi sebelumnya (Milenial, Baby Boomer dll). Mereka tidak hanya terbiasa dengan kehadiran teknologi, tetapi mereka juga hidup di dalamnya. Setiap hari, Gen Z mengakses platform seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan Twitter sebagai bagian dari rutinitas mereka.
Hal ini membuat brand tidak bisa lagi hanya mengandalkan iklan satu arah yang konvensional selain untuk hard selling. Untuk menarik perhatian Gen Z, brand perlu hadir di tempat yang mereka aktif, berbicara dalam bahasa mereka dan menyajikan konten yang relevan dengan kesehariannya. Kampanye digital harus responsif, cepat beradaptasi dengan trend, dan selalu tampil menarik secara visual.
Lalu, bagaimana sebenarnya Gen Z mengubah cara brand beriklan di media sosial?