AI Masuk Kurikulum Sekolah, Ancaman Kesenjangan Digital Semakin Nyata
Pemerintah akan menerapkan pelajaran AI di sekolah mulai tahun ajaran baru sebagai bagian dari transformasi digital nasional. Kebijakan ini bertujuan membekali generasi muda menghadapi segala aspek kehidupan berbasis teknologi. Namun, muncul pertanyaan besar, apakah seluruh sekolah di Indonesia siap? Jangan sampai kebijakan ini justru memperlebar kesenjangan digital antarwilayah yang selama ini belum teratasi.
IT AND TECHNOLOGY
Frasha Rizky Pratama
5/5/20253 min read
AI Masuk Kurikulum Sekolah, Ancaman Kesenjangan Digital Semakin Nyata
Pemerintah akan menerapkan pelajaran AI di sekolah mulai tahun ajaran baru sebagai bagian dari transformasi digital nasional. Kebijakan ini bertujuan membekali generasi muda menghadapi segala aspek kehidupan berbasis teknologi. Namun, muncul pertanyaan besar, apakah seluruh sekolah di Indonesia siap? Jangan sampai kebijakan ini justru memperlebar kesenjangan digital antarwilayah yang selama ini belum teratasi.
Namun di balik ambisi tersebut, muncul satu pertanyaan besar, apakah semua sekolah siap? Lebih jauh lagi, apakah kebijakan ini justru memperlebar jurang kesenjangan digital antarwilayah?


Pelatihan Guru dan Kesiapan SDM
Selain infrastruktur, faktor penting lain yang sering dilupakan adalah kesiapan tenaga pengajar. AI bukan materi yang mudah diajarkan, apalagi jika pengajarnya sendiri belum memahami konsep dasar teknologi tersebut. Hingga kini, belum ada kejelasan rinci soal skema pelatihan guru, modul apa yang digunakan, serta standar penguasaan materi yang akan diterapkan.
Jika pelatihan tidak dilakukan secara merata dan intensif, maka akan terjadi kesenjangan kualitas pengajaran. Guru-guru di kota besar mungkin lebih cepat beradaptasi, sedangkan guru di daerah mungkin justru kebingungan menghadapi kurikulum baru yang tidak sesuai dengan konteks sehari-hari.
Risiko Pendidikan Elitis Berbasis Teknologi
Pelajaran AI bisa menjadi celah munculnya pendidikan elitis berbasis teknologi, dimana hanya siswa dari sekolah unggulan yang dapat memanfaatkan kurikulum ini secara optimal. Hal ini bertentangan dengan semangat pemerataan pendidikan yang selama ini digaungkan oleh pemerintah.
Alih-alih memperkecil kesenjangan, kebijakan ini berisiko menciptakan dua kelas pendidikan. Mereka yang terhubung dengan teknologi dan masa depan dan mereka yang tertinggal bersama sistem pendidikan yang stagnan.
Inisiasi Positif dengan Realita yang Kontras
Tidak bisa disangkal bahwa mengenalkan AI kepada kurikulum belajar merupakan langkah progresif. Dunia berubah cepat dan kurikulum memang harus menyesuaikan dengan teknologi yang semakin maju. Anak-anak masa kini hidup dalam ekosistem digital dan mengenalkan konsep seperti learning machine atau data science sejak dini bisa jadi bekal penting bagi masa depan mereka.
Namun, inisiatif ini perlu diiringi dengan evaluasi mendalam terhadap realitas infrastruktur pendidikan di Indonesia. Data dari berbagai survei menunjukkan bahwa masih banyak sekolah terutama di daerah pedalaman yang belum memiliki akses internet, komputer yang belum memadai dan bahkan listrik pun menjadi masalah utama. Lantas, bagaimana mungkin sekolah-sekolah tersebut bisa menerapkan pelajaran AI?
Ketimpangan Akses Teknologi Jadi Masalah Serius
Kesenjangan digital di Indonesia adalah masalah struktural yang belum terselesaikan. Sekolah-sekolah di kota besar mungkin memiliki akses dan perangkat lengkap, koneksi internet cepat dan guru yang relatif siap menghadapi tantangan kurikulum baru. Namun di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), kenyataan jauh berbeda. Banyak sekolah yang masih bergantung pada buku cetak, guru honorer dengan pelatihan terbatas dan fasilitas belajar yang sangat minim.
Jika pelajaran AI tetap diterapkan secara seragam tanpa memperhitungkan kondisi nyata ini, maka akan terjadi diskriminasi sistematis dalam akses pengetahuan. Siswa dari daerah dengan fasilitas lengkap akan memperoleh keuntungan lebih besar, sementara siswa dari daerah tertinggal yang berada di pedalaman akan semakin tertinggal.
Apa yang Harus Dilakukan?
Agar penerapan pelajaran AI tidak menjadi bumerang, pemerintah perlu melakukan langkah-langkah tepat dan terukur, seperti:
Pemetaan kesiapan sekolah secara nasional untuk menentukan wilayah yang benar-benar siap menerapkan pelajaran AI.
Fokus pemerataan infrastruktur digital, termasuk jaringan internet, fasilitas komputer yang mendukung dan akses listrik yang merata.
Pelatihan intensif bagi guru-guru di seluruh Indonesia, bukan hanya melalui webinar satu arah.
Mempersiapkan kurikulum AI berdasarkan kondisi lingkungan sekitar agar tidak membebani siswa maupun guru yang belum siap.
Kolaborasi dengan perusahaan teknologi, LSM dan komunitas yang bergerak di dunia digital untuk memperluas jangkauan program.
Memasukkan AI ke dalam kurikulum sekolah adalah langkah ambisius yang punya potensi besar, tapi juga risiko tinggi jika tidak dijalankan dengan bijak. Tanpa perhatian serius pada kesenjangan digital yang sudah ada, kebijakan ini justru bisa memperparah kesenjangan digital pada pendidikan di Indonesia.
Transformasi digital tidak bisa hanya menjadi narasi saja yang hanya dinikmati sebagian kecil siswa di kota besar. Jika benar ingin mempersiapkan generasi emas, maka keadilan akses harus menjadi fondasi utama dari setiap kebijakan pendidikan teknologi sesuai dengan sila ke lima dari Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.